Rintihan gadis palestina
karya : Fajar WInarso
“Duar....Duar...
Duar...” bunyi rudal pemukim yahudi dikelilingi tentara zionis israel
berjatuhan di desa Qalqila, Palestina.
Penduduk mengungsi ke
tempat-tempat yang lebih aman, begitupun khumaerah dan keluarganya. Mereka
berlarian tak tentu arah bagaikan anai-anai yang beterbangan[i].
Begitulah keadaan pada selasa, 17 april 2011, waktu dimana pemukim yang
dilindungi oleh tentara zionis israel menyerang Qalqila, Palestina.
Saat
kejadian penyerangan tersebut khumaerah,adik dan ibunya terpencar. Saat
terpencar, ada rudal yang menghantam dan hampir mengenai tubuh khumaerah.
Khumaerah pun terpental jauh dan langsung tak sadarkan diri.
***
2
jam berlalu, pejuang-pejuang palestina mengadakan patroli menyusuri desa-desa
yang terkena serangan termasuk Qalqila. Pejuang – pejuang itu menemukan tubuh
gadis yang berpakaian kumuh, dengan luka bakar di kaki kirinya,itulah
khumaerah. Pejuang palestina mencoba mengecek keadaan khumaerah dan mereka
langsung membawa khumaerah ke tenda pengungsian.
Khumaerah
gadis kecil yang tak berdaya terperangkap dalam keadaan yang membuatnya merasa
sendiri dan tertekan.
Khumaerah
pun tersadar dari keadaannya lalu bangun untuk melihat keadaan disekitarnya.
Saat khumaerah bangun dia langsung terbayang bagaimana kejadian saat khumaerh,
adik dan ibunya terpisah.
“Ibu....”
Salah satu
relawan melihat khumaerah dan langsung menangkap tubuh khumaerah yang hampir
jatuh di tanah.
“Ada
apa khumaerah ? ” Tanya
Abdullah ,salah satu relawan dalam tenda.
“Aku membayangkan ibuku
tersiksa terkena rudal yahudi, paman.”
“Mungkin
itu hanya bayangan saja .“
“Ya
sudah kamu istirahat lagi yah .“
Abdullah
kemudian membaringkan badan khumaerah di tempat tidur, lalu khumaerah berkata
“ Paman, bagaimana keadaan adik dan ibuku
yah ? ”
“Wa’allahu
alam, paman tidak tahu , yang tahu hanya Allah. “dengan bijaksana Abdullah
menjawab pertanyaan Khumaerah.
“Selamat
malam khumaerah, Assalamulaiakum .“
“Walaikum
salam .“
Pikiran
khumaerah tetap fokus terhadap keluarganya. Khumaerah pun berfikiran untuk
shalat tahajud, tetapi aneh khumaerah merasakan hal yang aneh pad kaki kirinya
terasa kaku. Khumaerah hanya beranggapan kalau kakinya hanya kesemutan biasa.
Ternyata
dari balik pintu, Abdullah memandangi khumaerah yang sedang kesakitan dan heran
akan keadaan kakinya. Abdullah sedih , karena dulu Abdullah mempunya anak
perempuan yang seumuran dengan khumaerah , tetapi dia meninggal karena penyakit
kanker yang dideritanya.
***
Keesokan
harinya khumaerah terbangun oleh suara seseorang membaca ayat-ayat suci Al-
Quran. Dia adalah Abdullah.
“Eh
kamu sudah bangun ? “
Tiba-tiba
Khumaerah merasakan sakit saat dia menggerakkan kaki kirinya, lalu dia bertanya
pada Abdullah.
“Agh,
kenapa dengan kakiku, paman? “
“Begini
Khumaerah, kamu duduk dulu, begini Khumaerah kakimu terpaksa kami amputasi
untuk menghindari infeksi berkelanjutan menyebar ke anggota tubuh yang
lainnya”.
“Ya Allah... “ Khumaerah
menangis dan mencoba berdiri dengan 1 kaki.Saat Khumaerah mencoba berdiri, dia
terjatuh dan langsung saja Abdullah berdiri menangkap tubuh Khumaerah .
“Paman , cobaan apalagi yang
menimpaku, aku sudah kehilangan keluargaku, sekarang aku harus kehilangan
kakiku.” Khumaerah menangis sambil memeluk tubuh Abdullah.
“Iya,
kamu harus sabar, mungkin ini cobaan yang diberikan Allah untuk kamu.sesungguhnya
cobaan yang di berikan Allah kepada kita itu semata-mata agar kamu bisa menjalankan dan mengerti akan
makna hidup ini .“
“Iya
paman, aku akan mencoba bersabar. “ Khumaerah mengusap air mata yang jatuh dari
pipinya yang sedikit berisi itu.
“Cup...cup...cup...bagaimana
kalau sekarang kita mencari informasi mengenai keadaan keluarga kamu ?”
“Yang
benar paman , asyik. “ Khumaerah pun tersenyum sumringah, dan hal itu membuat hati
Abdullah menjadi lebih tenang.
“Ya
sudah kamu siap-siap dulu sana, jangan lupa pakai tongkatmu itu .“
Setelah mencari
ke tenda-tenda , Khumaerah tiba-tiba di tenda blok 15C.
“Paman ini tenda terakhir, apakah
adik dan ibuku ada di tenda ini. “ hati Khumaerah mulai putus asa.tetapi,
Abdullah mencoba untuk lebih meyakinkan Khumaerah akan keberadaan keluarganya
di dalam tenda itu.
“Insyallah , kita bertemu ibu dan
adikmu .“
“Khumaerah, kamu tunggu di depan
sini yah , paman mau masuk dulu.”
“Iya paman.“Khumaerah pun mengangguk
dan duduk di teras tenda.
Abdullah masuk
ke dalam tenda untuk mencari informasi tentang ibu dan adik Khumaerah.
Setelah menunggu
30 menit , Abdullah keluar dari tenda dengan raut wajah datar.
“Paman,
bagaimana ?”
“Khumaerah , ayo
ikut paman , nanti kamu akan tahu. “ Abdullah
duduk di depan Khumaerah.
Khumaerah dan Abdullah pergi ke arah bukit di belakang
tenda blok 15C. Khumaerah melihat palang kayu yang bertuliskan “PEMAKAMAN
MASSAL AL-QASDA” .
“Paman
ini gak mungkin.” Khumaerah menghentikan langkahnya.
Abdullah hanya
terteduh dan terdiam sesaat.
“Ini
gak mungkin kan ?” Khumaerah masih belum percaya atas apa yang terjadi pada
dirinya.
“Ibu,
kenapa kau meninggalkanku sendiri, aku tidak bisa hidup tanpamu.” Khumaerah
tersungkur di depan pusara pemakaman massal tersebut dan menangis tersedu-sedu.
“Khumaerah, paman berjanji akan membuat
kamu selalu tersenyum.”Abdullah menangis dan memeluk Khumaerah.
Seminggu
kemudian, Abdullah menangkat Khumaerah menjadi anaknya. Lalu Abdullah mengajak
Khumaerah untuk pindah ke negara lain, tepatnya Iran.
“Khumaerah cepat kemasi barangmu
kita pindah ke Iran.”
“Iya
ayah...” Sekarang Khumaerah tak canggung lagi memanggil Abdullah dengan
panggilan “ AYAH”. Khumaerah
dan Abdullah bergegas ke bandara Ben Gurion Tel Aviv untuk pergi ke Iran.
Tiba di Bandara Ben Gurion Tel Aviv.
Khumaerah dan Abdullah disambut oleh suara tembakan dari para tentara zionis
israel. Ternyata bandara Ben Gurion Tel Aviv sudah dikuasai oleh tentara zionis
israel. Mereka
sedang mencari 40 aktivis palestina yang melakukan pemberontakan terhadap
Israel. Salah satu tentara itu melihat Abdullah dan Khumaerah. Dan mereka
mengira Abdullah adalah salah satu aktivis yang mereka cari. Tentara itupun
langsung bergegas menangkap Abdullah dan Khumaerah. Abdulah pun langsung
berlari dan menggendong khumaerah, lalu barang-barang bawaan mereka tinggal.
Abdullah
mencoba berlari sekuat tenaga untuk menghindari kejaran tentara-tentara zionis itu. Namun, kaki Abdullah
tersandung batu besar dan akhirnya dia terjatuh sedangkan Khumaerah terpental
jauh.
“Khumaerah,
pergilah selamatkan dirimu, ayah tak mau terluka.. cepatlah pergi.” Abdullah
menyuruh Khumaerah untuk menyelamatkan dirinya.
“Ayah,
aku gak mau kehilangan ayah, sudah cukup aku kehilangan kakiku, keluargaku ,aku
gak mau kehilangan ayah.”
“Kamu
tidak apa-apa kan nak, cepatlah lari... Allah yang menentukan hidup dan mati hambanya nak,
jika Allah menghendaki ayah meninggal, apa yang bisa ayah lakukan, jika memang
itu takdir ayah, jaga dirimu baik-baik yah nak, jadilah anak yang bisa membela
agamanya.” Abdullah berkata sambil
mengeluarkan tetesan air mata di pipinya.
Tak
lama kemudian tentara zionis itupun datang menangkap Abdullah. Khumaerah pun mencoba
untuk mengikhlaskan Abdullah dan dengan susah payah bersembunyi di balik tembok
besar sambil menahan sakit.
Khumaerah
pun berjalan menggunakan tongkatnya tak tentttu arah, tak tahu harus kemana.
Sedangkan waktu sudah menunjukkan 22.00 , perut Khumaerah belum terisi sama
sekali. Lalu di tengah jalan dia melihat
kardus besar untuk tidur malam ini. Dia tertidur dengan nyenyak. Khumaerah bermimpi
dalam mimpinya Abdullah , Ibu, dan Adiknya datang dan mengucapkan selamat
tinggal sambil tersenyum ke arah Khumaerah. Khumaerah pun terbangun dan
menangis.
“Ayah , Ibu, Adik... kenapa kalian
meninggalkanku sendirian ?”
Kemudian,
Khumaerah melanjutkan perjalannya, lalu di tengah jalan dia melihat orang-orang
berkumpul , Khumaerah pun menghapirinya. Di situ terpampang daftar nama aktivis
yang akan di eksekusi mati siang itu. Terselip nama Abdullah bin Zein. Khumaerah pun menangis dan
segera berlari ke arah tempat eksekusi mati. Dia melihat Abdullah berdiri di
depan tiang pancung. Khumaerah
tak menyangka mimpinya semalam menjadi kenyataan. Khumaerah tak tega melihat
ayahnya di pancung, dia pun langsung berlari dan mendatangi pemakaman massal
tempat ibu dan adiknya dimakamkan. Khumaerah menangis di depan pusara pemakaman
massal tersebut. Dia terus-terusan menangis sampai air matanya kering.
-Sekian-
0 komentar: