TOP NEWS

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Maecenas mattis nisi felis, vel ullamcorper dolor. Integer iaculis nisi id nisl porta vestibulum.

Sabtu, 16 Juni 2012

Rintihan gadis palestina


karya : Fajar WInarso 

“Duar....Duar... Duar...” bunyi rudal pemukim yahudi dikelilingi tentara zionis israel berjatuhan di desa Qalqila, Palestina.
Penduduk mengungsi ke tempat-tempat yang lebih aman, begitupun khumaerah dan keluarganya. Mereka berlarian tak tentu arah bagaikan anai-anai yang beterbangan[i]. Begitulah keadaan pada selasa,     17 april 2011, waktu dimana pemukim yang dilindungi oleh tentara zionis israel menyerang Qalqila, Palestina.
Saat kejadian penyerangan tersebut khumaerah,adik dan ibunya terpencar. Saat terpencar, ada rudal yang menghantam dan hampir mengenai tubuh khumaerah. Khumaerah pun terpental jauh dan langsung tak sadarkan diri.
***
2 jam berlalu, pejuang-pejuang palestina mengadakan patroli menyusuri desa-desa yang terkena serangan termasuk Qalqila. Pejuang – pejuang itu menemukan tubuh gadis yang berpakaian kumuh, dengan luka bakar di kaki kirinya,itulah khumaerah. Pejuang palestina mencoba mengecek keadaan khumaerah dan mereka langsung membawa khumaerah ke tenda pengungsian.
Khumaerah gadis kecil yang tak berdaya terperangkap dalam keadaan yang membuatnya merasa sendiri dan tertekan.
Khumaerah pun tersadar dari keadaannya lalu bangun untuk melihat keadaan disekitarnya. Saat khumaerah bangun dia langsung terbayang bagaimana kejadian saat khumaerh, adik dan ibunya terpisah.
            Ibu....”
Salah satu relawan melihat khumaerah dan langsung menangkap tubuh khumaerah yang hampir jatuh di tanah.
            Ada apa khumaerah ? ” Tanya Abdullah ,salah satu relawan dalam tenda.
Aku membayangkan ibuku tersiksa terkena rudal yahudi, paman.”
            Mungkin itu hanya bayangan saja .“
            Ya sudah kamu istirahat lagi yah .“
Abdullah kemudian membaringkan badan khumaerah di tempat tidur, lalu khumaerah berkata
            Paman, bagaimana keadaan adik dan ibuku yah ? ”
            Wa’allahu alam, paman tidak tahu , yang tahu hanya Allah. “dengan bijaksana Abdullah menjawab pertanyaan Khumaerah.
            Selamat malam khumaerah,  Assalamulaiakum .“
            Walaikum salam .“
Pikiran khumaerah tetap fokus terhadap keluarganya. Khumaerah pun berfikiran untuk shalat tahajud, tetapi aneh khumaerah merasakan hal yang aneh pad kaki kirinya terasa kaku. Khumaerah hanya beranggapan kalau kakinya hanya kesemutan biasa.
Ternyata dari balik pintu, Abdullah memandangi khumaerah yang sedang kesakitan dan heran akan keadaan kakinya. Abdullah sedih , karena dulu Abdullah mempunya anak perempuan yang seumuran dengan khumaerah , tetapi dia meninggal karena penyakit kanker yang dideritanya.
***
Keesokan harinya khumaerah terbangun oleh suara seseorang membaca ayat-ayat suci Al- Quran. Dia adalah Abdullah.
            Eh kamu sudah bangun ? “
Tiba-tiba Khumaerah merasakan sakit saat dia menggerakkan kaki kirinya, lalu dia bertanya pada Abdullah.
            Agh, kenapa dengan kakiku, paman? “
            Begini Khumaerah, kamu duduk dulu, begini Khumaerah kakimu terpaksa kami amputasi untuk menghindari infeksi berkelanjutan menyebar ke anggota tubuh yang lainnya”.
“Ya Allah... “ Khumaerah menangis dan mencoba berdiri dengan 1 kaki.Saat Khumaerah mencoba berdiri, dia terjatuh dan langsung saja Abdullah berdiri menangkap tubuh Khumaerah .
            “Paman , cobaan apalagi yang menimpaku, aku sudah kehilangan keluargaku, sekarang aku harus kehilangan kakiku.” Khumaerah menangis sambil memeluk tubuh Abdullah.
            Iya, kamu harus sabar, mungkin ini cobaan yang diberikan Allah untuk kamu.sesungguhnya cobaan yang di berikan Allah kepada kita itu semata-mata  agar kamu bisa menjalankan dan mengerti akan makna hidup ini .“
            Iya paman, aku akan mencoba bersabar. “ Khumaerah mengusap air mata yang jatuh dari pipinya yang sedikit berisi itu.
            Cup...cup...cup...bagaimana kalau sekarang kita mencari informasi mengenai keadaan keluarga kamu ?”
            Yang benar paman , asyik. “ Khumaerah pun tersenyum sumringah, dan hal itu membuat hati Abdullah menjadi lebih tenang.
            Ya sudah kamu siap-siap dulu sana, jangan lupa pakai tongkatmu itu .“
Setelah mencari ke tenda-tenda , Khumaerah tiba-tiba di tenda blok 15C.
            “Paman ini tenda terakhir, apakah adik dan ibuku ada di tenda ini. “ hati Khumaerah mulai putus asa.tetapi, Abdullah mencoba untuk lebih meyakinkan Khumaerah akan keberadaan keluarganya di dalam tenda itu.
            “Insyallah , kita bertemu ibu dan adikmu .“
            “Khumaerah, kamu tunggu di depan sini yah , paman mau masuk dulu.”
            “Iya paman.“Khumaerah pun mengangguk dan duduk di teras tenda.
Abdullah masuk ke dalam tenda untuk mencari informasi tentang ibu dan adik Khumaerah.
Setelah menunggu 30 menit , Abdullah keluar dari tenda dengan raut wajah datar.
            Paman, bagaimana ?”
 
“Khumaerah , ayo ikut paman ,  nanti kamu akan tahu. “ Abdullah duduk di depan Khumaerah.

Khumaerah  dan Abdullah pergi ke arah bukit di belakang tenda blok 15C. Khumaerah melihat palang kayu yang bertuliskan “PEMAKAMAN MASSAL AL-QASDA” .
            Paman ini gak mungkin.” Khumaerah menghentikan langkahnya.
Abdullah hanya terteduh  dan terdiam sesaat.
            Ini gak mungkin kan ?” Khumaerah masih belum percaya atas apa yang terjadi pada dirinya.
            Ibu, kenapa kau meninggalkanku sendiri, aku tidak bisa hidup tanpamu.” Khumaerah tersungkur di depan pusara pemakaman massal tersebut dan menangis tersedu-sedu.
            “Khumaerah, paman berjanji akan membuat kamu selalu tersenyum.”Abdullah menangis dan memeluk Khumaerah.
Seminggu kemudian, Abdullah menangkat Khumaerah menjadi anaknya. Lalu Abdullah mengajak Khumaerah untuk pindah ke negara lain, tepatnya Iran.
            “Khumaerah cepat kemasi barangmu kita pindah ke Iran.”
            Iya ayah...” Sekarang Khumaerah tak canggung lagi memanggil Abdullah dengan panggilan “ AYAH”. Khumaerah dan Abdullah bergegas ke bandara Ben Gurion Tel Aviv untuk pergi ke Iran.
            Tiba di Bandara Ben Gurion Tel Aviv. Khumaerah dan Abdullah disambut oleh suara tembakan dari para tentara zionis israel. Ternyata bandara Ben Gurion Tel Aviv sudah dikuasai oleh tentara zionis israel. Mereka sedang mencari 40 aktivis palestina yang melakukan pemberontakan terhadap Israel. Salah satu tentara itu melihat Abdullah dan Khumaerah. Dan mereka mengira Abdullah adalah salah satu aktivis yang mereka cari. Tentara itupun langsung bergegas menangkap Abdullah dan Khumaerah. Abdulah pun langsung berlari dan menggendong khumaerah, lalu barang-barang bawaan mereka tinggal.
Abdullah mencoba berlari sekuat tenaga untuk menghindari kejaran  tentara-tentara zionis itu. Namun, kaki Abdullah tersandung batu besar dan akhirnya dia terjatuh sedangkan Khumaerah terpental jauh.
 
“Khumaerah, pergilah selamatkan dirimu, ayah tak mau terluka.. cepatlah pergi.” Abdullah menyuruh Khumaerah untuk menyelamatkan dirinya.
            Ayah, aku gak mau kehilangan ayah, sudah cukup aku kehilangan kakiku, keluargaku ,aku gak mau kehilangan ayah.”
            Kamu tidak apa-apa kan nak, cepatlah lari... Allah  yang menentukan hidup dan mati hambanya nak, jika Allah menghendaki ayah meninggal, apa yang bisa ayah lakukan, jika memang itu takdir ayah, jaga dirimu baik-baik yah nak, jadilah anak yang bisa membela agamanya.”  Abdullah berkata sambil mengeluarkan tetesan air mata di pipinya.
Tak lama kemudian tentara zionis itupun datang menangkap Abdullah. Khumaerah pun mencoba untuk mengikhlaskan Abdullah dan dengan susah payah bersembunyi di balik tembok besar sambil menahan sakit.
Khumaerah pun berjalan menggunakan tongkatnya tak tentttu arah, tak tahu harus kemana. Sedangkan waktu sudah menunjukkan 22.00 , perut Khumaerah belum terisi sama sekali. Lalu di tengah jalan dia melihat  kardus besar untuk tidur malam ini. Dia tertidur dengan nyenyak. Khumaerah bermimpi dalam mimpinya Abdullah , Ibu, dan Adiknya datang dan mengucapkan selamat tinggal sambil tersenyum ke arah Khumaerah. Khumaerah pun terbangun dan menangis.
            “Ayah , Ibu, Adik... kenapa kalian meninggalkanku sendirian ?”
Kemudian, Khumaerah melanjutkan perjalannya, lalu di tengah jalan dia melihat orang-orang berkumpul , Khumaerah pun menghapirinya. Di situ terpampang daftar nama aktivis yang akan di eksekusi mati siang itu. Terselip nama  Abdullah bin Zein. Khumaerah pun menangis dan segera berlari ke arah tempat eksekusi mati. Dia melihat Abdullah berdiri di depan tiang pancung. Khumaerah tak menyangka mimpinya semalam menjadi kenyataan. Khumaerah tak tega melihat ayahnya di pancung, dia pun langsung berlari dan mendatangi pemakaman massal tempat ibu dan adiknya dimakamkan. Khumaerah menangis di depan pusara pemakaman massal tersebut. Dia terus-terusan menangis sampai air matanya kering.
-Sekian-



[i] Surat al qari’ah : 4

0 komentar: